Cara Merumuskan Masalah
1. Hakikat Masalah
Teori
dan rumusan hipotesis, metodologi dan unsur-unsur penelitian lainnya, dibangun
atas dasar masalah penelitian. Itulah sebabnya penentuan masalah penelitian
merupakan kunci keberhasilan suatu penelitian. Masalah sering dikacaukan dengan
judul. Masalah tidak sama dengan judul. Masalah adalah inti persoalan yang
tersirat dalam judul penelitian. Masalah adalah pertanyaan-pertanyaan yang
sengaja diajukan untuk dicari jawabannya melalui penelitian. Masalah penelitian
harus betul-betul masalah yang belum ditemukan pemecahannya oleh peneliti.
Seandainya telah diketahui, namun jawaban tersebut masih meragukan atau belum
menyakinkan. Itulah sebabnya ada hipotesis, yakni jawaban sementara yang perlu
diuji kebenarannya. Masalah penelitian harus memenuhi persyaratan untuk dapat
diteliti. Ada tiga segi untuk mengukur kelayakan suatu masalah penelitian,
yaitu yang pertama adalah dari segi
keilmuan. Masalah harus jelas kedudukannya dalam struktur keilmuan yang
sedang dipelajari. Ada beberapa alasan yang dapat diajukan. Alasan pertama
ialah penelitian pada hakikatnya
merupakan metode ilmiah untuk mencari kebenaran ilmiah. Oleh sebab itu,
masalahnya harus ada dalam konteks pengetahuan ilmiah. Alasan kedua ialah
berkenaan dengan kemampuan peneliti itu sendiri. Bila mengambil masalah yang
berada di luar bidang keahliannya, ia akan mengalami kesulitan dalam mengkaji
teori-teori, postulat yang akan dipakai dalam memecahkan dan mengkaji masalah
yang ditelitinya. Alasan ketiga ialah berkenaan dengan moral keilmuan atau kode
etik. Banyak peneliti atau ilmuwan yang meneliti atau menulis persoalan di luar
bidang keahliannya karena alasan-alasan tertentu. Hal ini kurang mendukung
pengembangan keilmuan sebab tanpa penguasaan
yang mendasar mengenai hakikat ilmu yang diteliti. Syarat yang kedua
adalah dari segi metode keilmuan.
Masalah penelitian harus dapat dipecahkan melalui langkah-langkah berpikir
ilmiah atau metode ilmiah. Langkah yang harus ditempuh dalam metode ilmiah
adalah merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, menguji hipotesis, dan menarik
kesimpulan. Syarat yang terakhir adalah dari segi kepentingan dan kegunaanya. Masalah penelitian harus
disesuaikan dengan kepentingan peneliti sendiri serta harus mempunyai nilai
kegunaan, baik bagi kepentingan keilmuan maupun bagi penerapan dalam praktik.
Selain
tiga segi tersebut, masih banyak kriteria lain yang dapat digunakan untuk
menilai masalah penelitian. Misalnya, masalah harus jelas, terbatas, menarik
minat peneliti. Kriteria tersebut pada hakikatnya bersifat teknis dan
situasional, artinya tergantung pada situasi. Masalah selalu harus dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan, bukan pernyataan. Satu masalah penelitian bisa
mengandung beberapa subpertanyaa. Itulah sebabnya ada masalah penelitian, ada
pula submasalah penelitian.
2.
Hakikat
Variabel
Variabel
secara sederhana dapat diartikan ciri dari individu, objek, gejala, peristiwa,
yang dapat diukur secara kuantitatif ataupun kualitatif. Hasil pengukuran suatu
variabel bisa konstan atau tetap, bisa pula berubah-ubah. Contoh: variabel
jenis kelamin. Variabel jenis kelamis bisa diukur, dan hasilnya hanya dua
kategori, yakni pria dan wanita.
Variabel dalam
penelitian dibedakan menjadi dua kategori utama, yakni variabel bebas dan
variabel terikat, atau disebut juga variabel independen dan variabel dependen.
Variabel bebas adalah variabel perlakuan atau sengaja dimanupulasi untuk
diketahui intensitasnya atau pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel
terikat adalah variabel yang timbul akibat variabel bebas atau respon dari
variabel bebas. Oleh sebab itu, variabel terikat menjadi tolok ukur atau
indikator keberhasilan variabel bebas. Contoh:
·
Kepemimpinan dapat ditempatkan sebagai variabel
bebas apabila dilihat intensitasnya dalam hal produktivitas kerja.
·
Motivasi dapat ditempatkan sebagai variabel
bebas apabila akan dilihat intensitasnya dalam hal prestasi.
Produktivitas
kerja dan prestasi keduanya adalah variabel terikat/respon. Dengan kata lain,
produktivitas kerja dalam konteks ini merupakan akibat dari kepemimpinan, dan
prestasi merupakan akibat dari motivasi.
Selain
variabel bebas dan variabel terikat, ada variabel lain seperti variabel
penyerta, variabel kontrol, dan lain-lain. Variabel-variabel tersebut digunakan
untuk melengkapi, memerdalam dan memerluas kajian hubungan variabel bebas
dengan variabel terikat. Setelah mengenal beberapa jenis variabel, peneliti
hendaknya memahami berbagai jenis hubungan antarvariabel.
Ada tiga kategori hubungan variabel,
yaitu hubungan simetris, hubungan tak simetris, dan hubungan timbal balik.
a.
Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah hubungan manakala variabel
yang satu tidak dipengaruhi dan tidak disebabkan oleh variabel lainnya. Ada empat
ciri hubungan simetris, yaitu (1) kedua variabel merupakan indikator dari
konsep yang sama; (2) variabel merupakan akibat dari faktor yang sama; (3)
kedua variabel mempunyai kaitan fungsional; (4) hubungan kebetulan. Hubungan
simetris dengan empat ciri di atas jarang digunakan dalam penelitian ilmu
sosial, termasuk penelitian pendidikan.
b.
Hubungan Tak Simetris
Hubungan tak simetris ditandai dengan adanya hubungan
atau kaitan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya. Hubungan
tersebut bisa berupa pengaruh, sumbangan atau kontribusi, ataupun hubungan
sebab-akibat. Oleh karena itu hubungan tak simetris merupakan inti dari
penelitian ilmu sosial, termasuk penelitian pendidikan. Ada beberapa ciri dari
hubungan tak simetris, yaitu (1) hubungan stimulus-respons.
Stimulus biasanya datang dari luar individu, sedangkan respons adalah
reaksi atau jawaban dari individu. Hubungan yang terjadi biasanya dalam bentuk
pengaruh atau efek dari variabel pengaruh atau variabel bebas terhadap variabel
terikat atau terpengaruh/respons, misalnya pengaruh metode mengejar terhadap
hasil belajar; (2) hubungan disposisi-respons.
Kalau stimulus datang dari luar, disposisi sudah berada dalam diri individu
itu sendiri, yaitu berupa kecenderungan untuk menunjukkan respons tertentu pada
suatu situasi tertentu. Contoh disposisi antara lain sikap, kebiasaan,
dorongan, kepercayaan, nilai. Sedangkan respons ditujukan dalam bentuk perilaku
individu. Contoh disposisi-respons antara lain: hubungan antara kebiasaan
membaca dengan kemampuan berbahasa, hubungan antara sikap terhadap profesi
keguruan dengan kemampuan mengajar, dan lain-lain. Hubungan tersebut banyak
digunakan dalam penelitian pendidikan; (3) hubungan antara karakteristik
individu dengan perilaku atau respons tertentu. Karakteristik ialah ciri atau
sifat-sifat yang relatif menetap dalam individu, misalnya jenis kelamin,
tingkat pendidikan, agama, dan lain-lain. Contoh: pengaruh kompetensi guru
terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari tingkat pendidikan dan jenis
kelamin; (4) hubungan antara cara dengan tujuan, misalnya hubungan antara
lamanya belajar dengan hasil belajar yang dicapainya, hubungan antara banyaknya
pekerjaan rumah dengan prestasi belajar di sekolah. Penelitian di bidang ilmu
sosial dan pendidikan pada umumnya menggunakan hubungan tak simetris.
c.
Hubungan Timbal-Balik
Hubungan timbal-balik adalah hubungan yang pada suatu
saat variabel yang satu menjadi penyebab variabel lain, dan pada saat lain
terjadi sebaliknya. Jadi, pada suatu saat variabel X mempengaruhi variabel Y,
dan pada ssat yang lain variabel Y mempengaruhi variabel X. Misalnya: siswa
yang biasa belajar teratur ternyata berprestasi tinggi. Pada suatu saat tiba
giliran bahwa siswa yang berprestasi tinggi ternyata menyebabkan belajar yang
teratur.
Diantara
ketiga pola hubungan variabel tersebut di atas, yaitu hubungan simetris,
hubungan tak simetris, dan hubungan timbal-balik, hubungan yang banyak
digunakan dalam penelitian ilmu sosial dan pendidikan adalah hubungan tak
simetris dan hubungan timbal-balik.
3.
Teknik
Merumuskan Masalah
Apabila
telah memahami jenis variabel dan hubungan antarvariabel, peneliti akan lebih
mudah dalam merumuskan pertanyaan penelitian. Caranya adalah dengan melakukan
kajian dan analisis hubungan yang mungkin terjadi di antara variabel-variabel
yang terdapat di dalamnya. Buatlah bagan atau diagram yang menunjukkan posisi
variabel bebas, variabel terikat, variabel penyerta. Kita bisa mengajukan
berbagai kemungkinan pertanyaan penelitian dengan menganalisis variabel dalam
bagan tersebut.
4.
Sumber
Masalah
Persoalan
lain yang perlu diketahui ialah bagaimana cara memperoleh masalah. Masalah
tidak datang dengan sendirinya tanpa dicari atau setidak-tidaknya dipikirkan.
Demikian pula seorang peneliti jangan meminta masalah pada orang lain atau
menerima masalah yang diberikan orang lain tanpa dikaji terlebih dahulu. Ada
tiga sumber untuk memeroleh masalah penelitian. Pertama dengan cara membaca
buku atau hasil penelitian orang lain. Cara ini sangat sederhana dan tidak perlu
mengeluarkan waktu, biaya, tenaga yang banyak. Cara kedua adalah melalui studi
pendahuluan atau studi penjajakan (exploratory study). Pada studi penjajakan,
peneliti turun ke lapangan untuk mengadakan amatan terhadap gejala atau
fenomena yang ada. Cara yang ketiga dalam mencari masalah adalah kombinasi cara
pertama dengan cara kedua. Artinya peneliti terlebih dahulu memelajari konsep
dan variabel dari literatur (khazanah ilmu), kemudian melihat fakta empiris di
lapangan, apakah sesuai atau tidak. Jika tidak, mengapa? Pertanyaan mengapa
tersebut mengundang peneliti untuk merumuskan masalah penelitiannya. Cara ini
lebih baik bagi si peneliti karena dia bertolak dari teori dan konsep dan
memadukannya dengan fakta empiris.
5.
Masalah
dan Penentuan Judul Penelitian
Masalah
dan judul saling berkaitan satu sama lain. Masalah harus dapat memberikan
memberikan kesan terhadap judul. Demikian pula sebaliknya, judul harus
mencerminkan masalah. Artinya dalam judul harus tersirat masalah. Judul dapat
diibaratkan sebuah “iklan” yang mengundang orang untuk membacanya. Judul yang
baik adalah yang dapat mengundang orang tertarik untuk memelajari isinya.
Judul
dapat diterapkan setelah masalah penelitian dirumuskan dengan jelas. Judul
harus mengacu pada masalah pokok penelitian, artinya relevan dengan masalah
pokok. Apabila judul terlalu panjang, bisa dibuat dua bagian. Bagian pertama
pokok judul, bagian kedua penjelasan judul.
Sumber: Buku Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar