Blogger Widgets

Minggu, 10 Januari 2016

Cara Merumuskan Masalah



Cara Merumuskan Masalah


1.      Hakikat Masalah
Teori dan rumusan hipotesis, metodologi dan unsur-unsur penelitian lainnya, dibangun atas dasar masalah penelitian. Itulah sebabnya penentuan masalah penelitian merupakan kunci keberhasilan suatu penelitian. Masalah sering dikacaukan dengan judul. Masalah tidak sama dengan judul. Masalah adalah inti persoalan yang tersirat dalam judul penelitian. Masalah adalah pertanyaan-pertanyaan yang sengaja diajukan untuk dicari jawabannya melalui penelitian. Masalah penelitian harus betul-betul masalah yang belum ditemukan pemecahannya oleh peneliti. Seandainya telah diketahui, namun jawaban tersebut masih meragukan atau belum menyakinkan. Itulah sebabnya ada hipotesis, yakni jawaban sementara yang perlu diuji kebenarannya. Masalah penelitian harus memenuhi persyaratan untuk dapat diteliti. Ada tiga segi untuk mengukur kelayakan suatu masalah penelitian, yaitu yang pertama adalah dari segi keilmuan. Masalah harus jelas kedudukannya dalam struktur keilmuan yang sedang dipelajari. Ada beberapa alasan yang dapat diajukan. Alasan pertama ialah penelitian  pada hakikatnya merupakan metode ilmiah untuk mencari kebenaran ilmiah. Oleh sebab itu, masalahnya harus ada dalam konteks pengetahuan ilmiah. Alasan kedua ialah berkenaan dengan kemampuan peneliti itu sendiri. Bila mengambil masalah yang berada di luar bidang keahliannya, ia akan mengalami kesulitan dalam mengkaji teori-teori, postulat yang akan dipakai dalam memecahkan dan mengkaji masalah yang ditelitinya. Alasan ketiga ialah berkenaan dengan moral keilmuan atau kode etik. Banyak peneliti atau ilmuwan yang meneliti atau menulis persoalan di luar bidang keahliannya karena alasan-alasan tertentu. Hal ini kurang mendukung pengembangan keilmuan sebab tanpa penguasaan  yang mendasar mengenai hakikat ilmu yang diteliti. Syarat yang kedua adalah dari segi metode keilmuan. Masalah penelitian harus dapat dipecahkan melalui langkah-langkah berpikir ilmiah atau metode ilmiah. Langkah yang harus ditempuh dalam metode ilmiah adalah merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan. Syarat yang terakhir adalah dari segi kepentingan dan kegunaanya. Masalah penelitian harus disesuaikan dengan kepentingan peneliti sendiri serta harus mempunyai nilai kegunaan, baik bagi kepentingan keilmuan maupun bagi penerapan dalam praktik.
Selain tiga segi tersebut, masih banyak kriteria lain yang dapat digunakan untuk menilai masalah penelitian. Misalnya, masalah harus jelas, terbatas, menarik minat peneliti. Kriteria tersebut pada hakikatnya bersifat teknis dan situasional, artinya tergantung pada situasi. Masalah selalu harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, bukan pernyataan. Satu masalah penelitian bisa mengandung beberapa subpertanyaa. Itulah sebabnya ada masalah penelitian, ada pula submasalah penelitian.
2.      Hakikat Variabel
Variabel secara sederhana dapat diartikan ciri dari individu, objek, gejala, peristiwa, yang dapat diukur secara kuantitatif ataupun kualitatif. Hasil pengukuran suatu variabel bisa konstan atau tetap, bisa pula berubah-ubah. Contoh: variabel jenis kelamin. Variabel jenis kelamis bisa diukur, dan hasilnya hanya dua kategori, yakni pria dan wanita.
Variabel dalam penelitian dibedakan menjadi dua kategori utama, yakni variabel bebas dan variabel terikat, atau disebut juga variabel independen dan variabel dependen. Variabel bebas adalah variabel perlakuan atau sengaja dimanupulasi untuk diketahui intensitasnya atau pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang timbul akibat variabel bebas atau respon dari variabel bebas. Oleh sebab itu, variabel terikat menjadi tolok ukur atau indikator keberhasilan variabel bebas. Contoh:
·         Kepemimpinan dapat ditempatkan sebagai variabel bebas apabila dilihat intensitasnya dalam hal produktivitas kerja.
·         Motivasi dapat ditempatkan sebagai variabel bebas apabila akan dilihat intensitasnya dalam hal prestasi.
Produktivitas kerja dan prestasi keduanya adalah variabel terikat/respon. Dengan kata lain, produktivitas kerja dalam konteks ini merupakan akibat dari kepemimpinan, dan prestasi merupakan akibat dari motivasi.
Selain variabel bebas dan variabel terikat, ada variabel lain seperti variabel penyerta, variabel kontrol, dan lain-lain. Variabel-variabel tersebut digunakan untuk melengkapi, memerdalam dan memerluas kajian hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Setelah mengenal beberapa jenis variabel, peneliti hendaknya memahami berbagai jenis hubungan antarvariabel.
            Ada tiga kategori hubungan variabel, yaitu hubungan simetris, hubungan tak simetris, dan hubungan timbal balik.
a.       Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah hubungan manakala variabel yang satu tidak dipengaruhi dan tidak disebabkan oleh variabel lainnya. Ada empat ciri hubungan simetris, yaitu (1) kedua variabel merupakan indikator dari konsep yang sama; (2) variabel merupakan akibat dari faktor yang sama; (3) kedua variabel mempunyai kaitan fungsional; (4) hubungan kebetulan. Hubungan simetris dengan empat ciri di atas jarang digunakan dalam penelitian ilmu sosial, termasuk penelitian pendidikan.
b.      Hubungan Tak Simetris
Hubungan tak simetris ditandai dengan adanya hubungan atau kaitan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya. Hubungan tersebut bisa berupa pengaruh, sumbangan atau kontribusi, ataupun hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu hubungan tak simetris merupakan inti dari penelitian ilmu sosial, termasuk penelitian pendidikan. Ada beberapa ciri dari hubungan tak simetris, yaitu (1) hubungan stimulus-respons. Stimulus biasanya datang dari luar individu, sedangkan respons adalah reaksi atau jawaban dari individu. Hubungan yang terjadi biasanya dalam bentuk pengaruh atau efek dari variabel pengaruh atau variabel bebas terhadap variabel terikat atau terpengaruh/respons, misalnya pengaruh metode mengejar terhadap hasil belajar; (2) hubungan disposisi-respons. Kalau stimulus datang dari luar, disposisi sudah berada dalam diri individu itu sendiri, yaitu berupa kecenderungan untuk menunjukkan respons tertentu pada suatu situasi tertentu. Contoh disposisi antara lain sikap, kebiasaan, dorongan, kepercayaan, nilai. Sedangkan respons ditujukan dalam bentuk perilaku individu. Contoh disposisi-respons antara lain: hubungan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan berbahasa, hubungan antara sikap terhadap profesi keguruan dengan kemampuan mengajar, dan lain-lain. Hubungan tersebut banyak digunakan dalam penelitian pendidikan; (3) hubungan antara karakteristik individu dengan perilaku atau respons tertentu. Karakteristik ialah ciri atau sifat-sifat yang relatif menetap dalam individu, misalnya jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama, dan lain-lain. Contoh: pengaruh kompetensi guru terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari tingkat pendidikan dan jenis kelamin; (4) hubungan antara cara dengan tujuan, misalnya hubungan antara lamanya belajar dengan hasil belajar yang dicapainya, hubungan antara banyaknya pekerjaan rumah dengan prestasi belajar di sekolah. Penelitian di bidang ilmu sosial dan pendidikan pada umumnya menggunakan hubungan tak simetris.
c.       Hubungan Timbal-Balik
Hubungan timbal-balik adalah hubungan yang pada suatu saat variabel yang satu menjadi penyebab variabel lain, dan pada saat lain terjadi sebaliknya. Jadi, pada suatu saat variabel X mempengaruhi variabel Y, dan pada ssat yang lain variabel Y mempengaruhi variabel X. Misalnya: siswa yang biasa belajar teratur ternyata berprestasi tinggi. Pada suatu saat tiba giliran bahwa siswa yang berprestasi tinggi ternyata menyebabkan belajar yang teratur.
Diantara ketiga pola hubungan variabel tersebut di atas, yaitu hubungan simetris, hubungan tak simetris, dan hubungan timbal-balik, hubungan yang banyak digunakan dalam penelitian ilmu sosial dan pendidikan adalah hubungan tak simetris dan hubungan timbal-balik.
3.      Teknik Merumuskan Masalah
Apabila telah memahami jenis variabel dan hubungan antarvariabel, peneliti akan lebih mudah dalam merumuskan pertanyaan penelitian. Caranya adalah dengan melakukan kajian dan analisis hubungan yang mungkin terjadi di antara variabel-variabel yang terdapat di dalamnya. Buatlah bagan atau diagram yang menunjukkan posisi variabel bebas, variabel terikat, variabel penyerta. Kita bisa mengajukan berbagai kemungkinan pertanyaan penelitian dengan menganalisis variabel dalam bagan tersebut.
4.      Sumber Masalah
Persoalan lain yang perlu diketahui ialah bagaimana cara memperoleh masalah. Masalah tidak datang dengan sendirinya tanpa dicari atau setidak-tidaknya dipikirkan. Demikian pula seorang peneliti jangan meminta masalah pada orang lain atau menerima masalah yang diberikan orang lain tanpa dikaji terlebih dahulu. Ada tiga sumber untuk memeroleh masalah penelitian. Pertama dengan cara membaca buku atau hasil penelitian orang lain. Cara ini sangat sederhana dan tidak perlu mengeluarkan waktu, biaya, tenaga yang banyak. Cara kedua adalah melalui studi pendahuluan atau studi penjajakan (exploratory study). Pada studi penjajakan, peneliti turun ke lapangan untuk mengadakan amatan terhadap gejala atau fenomena yang ada. Cara yang ketiga dalam mencari masalah adalah kombinasi cara pertama dengan cara kedua. Artinya peneliti terlebih dahulu memelajari konsep dan variabel dari literatur (khazanah ilmu), kemudian melihat fakta empiris di lapangan, apakah sesuai atau tidak. Jika tidak, mengapa? Pertanyaan mengapa tersebut mengundang peneliti untuk merumuskan masalah penelitiannya. Cara ini lebih baik bagi si peneliti karena dia bertolak dari teori dan konsep dan memadukannya dengan fakta empiris.
5.      Masalah dan Penentuan Judul Penelitian
Masalah dan judul saling berkaitan satu sama lain. Masalah harus dapat memberikan memberikan kesan terhadap judul. Demikian pula sebaliknya, judul harus mencerminkan masalah. Artinya dalam judul harus tersirat masalah. Judul dapat diibaratkan sebuah “iklan” yang mengundang orang untuk membacanya. Judul yang baik adalah yang dapat mengundang orang tertarik untuk memelajari isinya.
Judul dapat diterapkan setelah masalah penelitian dirumuskan dengan jelas. Judul harus mengacu pada masalah pokok penelitian, artinya relevan dengan masalah pokok. Apabila judul terlalu panjang, bisa dibuat dua bagian. Bagian pertama pokok judul, bagian kedua penjelasan judul.
 Sumber: Buku Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar